Rabu, 16 Januari 2013

HISTORISTIK BERDIRINYA MAJELIS TA’LIM “AINUR RIDHA” DESA KAMBAT UTARA KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


Majelis Ta’lim “AINUR RIDHA” ini adalah merupakan salah satu majelis yang sangat tua, yang dulunya terletak di Desa Jatuh dan sekarang berubah tempat ke Desa Kambat Utara Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai. Diperkirakan berdirinya Majelis Ta’lim ini didirikan pada pertengahan Abad ke 17, Majelis Ta’lim ini diberi nama “AINUR RIDHA”
                Menurut data yang tercatat, tanah atau tempat berdirinya Majelis Ta’lim “AINUR RIDHA” dan masjid Jatuh Al – A’La ini adalah tanah yang diwakafkan oleh Penghulu Muda Yudha Lelana, dan beliaulah orang yang pertama kali dalam membina Majelis Ta’lim dan Masjid Al – A’La, beliau juga dikenal sebagai pimpinan pasukan Baratib ( Baratib maksudnya adalah pasukan rakyat yang selalu berdzikir menyebut nama ALLAH, bersiasat pada saat bertempur ) yang mengadakan perlawanan bersenjata terhadap penjajah di zaman kolonial Belanda, pada sat itu Majelis Ta’lim dan Masjid Al – A’La berfungsi sebagai markas Pasukan Baratib guna mengatur siasat pertempuran melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapiten Van der Heide.
                Setelah beliau meninggal dunia (Abad Ke 19) pembinaan Majelis Ta’lim ini diteruskan oleh kedua putera beliau, yaitu H.Abdurrahman dan Abu Hamid (Buamid), Kemudian sekitar tahun 1290 H ( ±1874 M ) majelis ini menyebar luas keberbagai pelosok yang dipimpin oleh H.Muhammad Yusuf (meninggal ±1900) beliau ini mendapatizin dari Riseden Pemerintah Belanda untuk menyebarkan / menyiarkan agama Islam di benua kita ini. Izin pembinaan majelis ini semakin berkembang lagi setelah beliau meninggal tahun 1935 M / 1354 H dan kemudian diprakarsai lebih lanjut oleh putera – putera beliau seperti H.Dahlan, H.Hasan Baseri ( meninggal dunia pada awal Nopember tahun 1965 M, kemudian diteruskan lagi oleh anak – anak beliau H.Afandi Hasan (meninggal pada hari Jum’at tanggal 22 Maret 1991) dan diteruskan sampai sekarang oleh anak beliau yaitu M.Rafi Afandi yang juga keluarga besar dari H.Muhammad Yusuf dibantu oleh masyarakat sekitar Desa Kambat Utara dan Desa Jatuh.              

Suatu anggapan masyarakat yang telah berkembang lama dan luas menyatakan Majelis Ta’lim ini merupakan majelis yang mempunyai nilai nilai historis dan leluhur dalam membangun serta mengembangkan agama Islam di daerah ini, ditambah lagi dengan masih tersimpannya beberapa peninggalan kuno berupa dua lembar panji – panji ( dua lembar bendera/kain berwarna kuning yang berbentuk segitiga dengan ukuran panjang 175 cm dan tinggi 90 cm yang membentuk sudut 90 derajat), dan sebuah Al – Qur’an yang ditulis dengan tulisan tangan diperkirakan berumur 300 tahun lebih menurut salah seorang arkeolog, dan sampai sekarang kedua peninggalan tersebut masih tersimpan dengan baik di Desa Jatuh di rumah Sdra.Jakfar Saddiq.   

PANJI dan AL QUR'AN di Masjid Al - A'la Desa Jatuh

Masjid Al - A'la Desa Jatuh Kec.Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan - Indonesia, masjid ini selalu banyak dikunjungi oleh para peziarah baik dari dalam provinsi maupun luar provinsi. Masjid ini dahulunya di gunakan sebagai tempat untuk berlindung dan mengatur siasat dalam perang kemerdekaan, dan dikenal dengan PASUKAN BARATIF, yaitu pasukan perang kemerdekaan yang berjuang dengan dzikir dan taktik untuk melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda hingga membunuh seorang Kapiten Van der Hiede pada waktu itu


Saudara Jakfar Sadiq adalah salah seorang anak ulama yang saat ini memelihara panji tersebut


Panji - panji keislaman yang sudah berumur ratusan tahun dan berisikan pesan ketauhidan


Panji - panji keislaman ini dibawa oleh seorang keturunan Arab bernama SAID MUHAMMAD YUSUF yang bergelar Haji Batu, dan sebagian masyarakat ada yang beranggapan/dari mulut ke mulut bahwa panji - panji tersebut gugur dari langit, lalu desa setempat dinamakan Desa Jatuh, padahal tidak demikian


Bagi khalayak yang ingin melihat dari dekat panji - panji tersebut sebaiknya dalam keadaan suci badan/tidak dalam keadaan menstruasi



Al Qur'an ini sudah berumur lebih dari 300 tahun, dan ditulis tangan, setidaknya demikian menurut penelitian seorang arkeolog islam. Dan Masjid Al - A'la pada saat itu sudah lebih lama dibangun


Al Qur'an ini dibawa bersamaan dengan panji oleh seorang berkebangsaan Arab bernama
 Said Muhammad Yusuf yang selanjutnya bergelar Haji Batu, beliau di utus oleh seorang Syarif dari Makkah untuk membawa Al Qur'an dan panji tersebut ke Desa Jatuh Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan - Indonesia









Selasa, 08 Januari 2013

MASJID AL-A'LA DESA JATUH KEC.PANDAWAN

AL - A'LA menurut bahasa arab berarti "tinggi"....namun terhadap Masjid Al - A'La Desa Jatuh Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan - Indonesia terkadang kami ada menerima pertanyaan/pemahaman yang perlu kami luruskan, di masyarakat luas beredar selentingan bahwa Masjid Jatuh Al - A'la katanya tiap tahun tinggi bangunannya semakin bertambah, namun ternyata tidak demikian.